Informasi Seputar Dunia Teknik Mesin

FTUI

Informasi, Teknologi, Sains, dan Teknik Mesin

Sunday, September 20, 2015

Batubara dan Energi Fosil Dunia





Dewasa ini batubara telah digunakan sebagai bahan bakar untuk berbagai alat terutama mesin kerja. Teknologi pemanfaatan batubara pun semakin berkembang lebih baik lagi karena mengutamakan prinsip efisiensi dan ramah lingkungan. Batubara termasuk kedalam energi fosil. Energi fosil merupakan energi yang tidak dapat diperbaharui, karena memerlukan waktu yang lama untuk dapat terbentuk kembali. Berbeda dengan energi fosil, energi terbaharukan seperti air, angin, tumbuhan memerlukan waktu yang lebih singkat untuk proses pembentukan kembali. Uraian mengenai batubara dan energi fosil dunia akan dimuat di dalam tulisan ini.
1.    Pengertian dan Proses Terbentuknya Batubara
Batubara sering dimanfaatkan sebagai bahan bakar utama pada sebuah pembangkit listrik. Batubara secara singkat berasal dari tumbuhan yang terpendam dibawah tanah selama ratusan juta tahun lamanya.  Batubara tidak termasuk kedalam golongan logam karena sifatnya yang seperti arang. Batubara tersusun dari bahan organik seperti nitrogen, hydrogen dan oksigen.
Proses dari terbentuknya batubara yaitu tumbuhan terpendam di dalam tanah. Tanah yang didalamnya terdapat tumbuhan tersebut lama kelamaan semakin dalam akibat adanya pergeseran tektonik yang mengubur rawa dan gambut. Material yang tertimbun tersebut seiring dengan waktu mengalami proses perubahan baik secara fisika maupun kimia. Secara fisika materi tersebut mengalami tekanan dan suhu yang tinggi.
Kualitas batubara itu sendiri ditentukan oleh besarnya suhu dan tekanan serta lamanya waktu pembentukan. Warna dari batubara yang terbentuk bervariasi dari coklat sampai dengan hitam mengkilat.
 2.    Jenis Batubara
Batubara memiliki tingkat kualitas mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Kualitas batubara ditentukan dari kandungan hidrokarbon dan kelembapannya. Jenis batubara yang paling rendah kualitasnya adalah lignit yang paling tinggi adalah antrasit. Secara umum batubara diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu lignit, bitumen, sub bitumen dan antrasit.
 Lignit  (C70H5O25)
Batubara jenis ini termasuk kedalam tingkatan yang paling rendah karena sifatnya yang lunak dan memiliki kadar air yang tinggi. Lignit memiliki ciri-ciri yaitu warnanya yang kecoklatan sehingga sering disebut sebagai brown coal. Ciri yang lainnya adalah sifatnya yang mudah untuk teroksidasi dan memiliki nilai kalor yang rendah. Kandungan karbon yang berada di dalamnya berkisar dari 25-35 % dan untuk nilai kalornya berkisar antara 4000 dan 8300 BTU per pon.
 Sub Bitumen (C75OH5O20)
Batubara jenis ini berada satu tingkat diatas lignit. Sub bitumen memiliki tingkat kekerasan diatas lignit namun masih di bawah bitumen. Karena tingkatnya berada diatas lignit tentu saja kadar airnya lebih rendah. Persentase kandungan karbon di dalamnya berkisar 35-45% dan untuk nilai kalornya berkisar antara 8300 hingga 13.000 BTU per pon. Salah satu ciri khas dari sub bitumen adalah kandungan belerangnya yang rendah walaupun kandungan kalornya juga masih tergolong rendah, sehingga disukai karena pembakarannya yang lebih bersih. Untuk segi warna sub bitumen sudah mulai kehitam-hitaman.
 Bitumen (C80OH5O15)
Batubara jenis ini memiliki sifat kelembapan yang rendah, lebih keras, rapuh,  dan berwarna hitam. Ketika bitumen dikeringkan maka ia tidak mengeluarkan air maupun gas. Bitumen menjadi produk utama dalam pembuatan kokas di industri baja dan pembangkit listrik. Jenis ini memiliki pasar yang sangat baik dan tumbuh begitu pesat. Persentase kandungan karbon di dalamnya berkisar 45-86 % dan untuk rentang nilai kalornya antara 10.500 hingga 15.500 BTU per pon.
 Antrasit (C94OH3O3)
Batubara jenis ini merupakan batubara yang paling baik. Antrasit memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi dari ketiga jenis batubara lainnya. Antrasit memiliki tingkat karbon yang paling tinggi,  kadar air dan abu yang paling rendah. Persentase kandungan karbon di dalamnya berkisar 86-98 % dan untuk rentang nilai kalornya hamper 15.000 BTU per pon. Batubara jenis ini juga sering digunakan sebagai alat pemanas rumah.
Dari beberapa jenis batubara diatas tentu saja penggunaannya berbeda-beda karena kdar karbon, air dan abunya juga berbeda serta nilai kalornya. Pada gambar 1 terdapat ilustrasi mengenai rentang kadar karbon dan kadar air dari batubara.



 3.    Proses Explorasi dan Produksi Batubara
Batubara saat ini masih dapat kita gunakan untuk keperluan industri maupun rumah tangga, akan tetapi bagaimana dengan masa depan? Apakah anak dan cucu kita juga akan merasakan batubara sebagai bahan bakar?
Manusia untuk dapat terus memenuhi kebutuhannya maka akan berusaha untuk mencarinya. Begitu pula dengan batubara, ia akan terus diproduksi dengan eksplorasi dahulu tentunya. Eksplorasi dilakukan untuk dapat menemukan cadangan batubara. Proses eksplorasi biasanya mencakup kegiatan pembuatan peta geologi dari daerah yang ditentukan dengan melihat histori dari kandungan dan jenis batu-batuan yang terdapat di dalam daerah itu. Nantinya setelah proses geologi selesai maka akan dilanjutkan dengan proses survey geokimia dan geosfisika. Tahap terakhir dari eksplorasi adalah pengeboran. Ketika proses pengeboran telah dilakukan dan cadangan batubara telah dirasa memadai barulah proses pembangunan tambang dilaksanakan. Proses pertambangan batubara secara umum terbagi menjadi dua yaitu pertambangan terbuka dan pertambangan bawah tanah.
 Pertambangan Terbuka
Tambang terbuka dilakukan dan efektif jika cadangan batubara berada di dekat dengan permukaan tanah. Metode tambang terbuka memberikan proporsi dari endapan batubara yang lebih banyak daripada tambang bawah tanah kerena seluruh lapisan batubara dapat di eksploitasi hingga 90%. Tambang batubara terbuka dalam eksploitasinya menggunakan alat-alat berat seperti eskavator. Lapisan permukaan tanah pada awalnya dipisahkan dengan memberi bahan peledak, setelah itu tanahnya disimpan untuk proses reklamasi. Setelah batubara terlihat maka selanjutnya adalah pemecahan batubara menjadi bagian yang lebih kecil, lalu pemisahan sesuai dengan tingkatannya dan pendistribusian melalui truk  atau kapal tongkang.
 Pertambangan Bawah Tanah
Pertambangan batubara dibawah tanah secara umum terbagi menjadi dua yaitu tambang room and pilar serta tambang longwall. Keduanya memiliki keunggulan masing-masing.
 Room and Pillar
Dalam tambang room and pillar, endapan batubara ditambang dengan memotongnya dengan memperhatikan konstruksi pilar batubara. Pilar-pilar tersebut memiliki kandungan batubara lebih dari 40%. Penambangan dapat dilakukan dengan melubangin endapan batubara tanpa merusak pilar. Setelah dirasa cukup maka langkah selanjutnya adalah penambangan mundur, yaitu menambang pilar batubara yang menjadi penopang. Ketika penambang kembali ke permukaan tanah, lapisan tanah yang berada diatas tambang dibiarkan ambruk lalu ditinggalkan.
 Long Wall
Proses penambangan longwall dilakukan tanpa membuat pilar-pilar. Tambang dibuat dengan pola memanjang yang dapat mencapai 3 km. Pada metode ini harus diperhatikan struktur geologi dan keamanannya agar menghindari kejadian ambruknya lapisan tanah yang berada diatas. Endapan batubara digali dan dipecah yang selanjutnya dibawah keluar menggunakan konveyor.
Pemilihan teknik penambangan batubara tentunya perlu memperhatikan kondisi geologi dan batuan. Selain itu perlu diperhatikan juga proses reklamasi paska penambangan, terutama penambangan bawah tanah karena cenderung tidak ada proses reklamasi. Penambangan yang tidak bertanggung jawab dan meninggalkan nya begitu saja dapat mempengaruhi stablilitas dari ekosistem dan lingkungan.
 4.    Penggunaan Batubara di Industri Indonesia
Penggunaan batubara di industri Indonesia bermacam ragamnya mulai dari industri semen, tekstil, kertas, metalurgi dan industri lainnya. Pemakaian batubara untuk industri semen meningkat pada rentang tahun 1998-2001 dan mengalami penurunan pada tahun 2002 dan 2003. Pemakaian batubara untuk industri semen tercatat sebesar 5.77 ton pada tahun 2005 yaitu 17.04% dari pemakaian total.
Industri tekstil pada dasarnya lebih banyak menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Namun karena melambungnya harga bahan bakar minyak maka terjadi peralihan ke batubara yang perlu dilakukan modifikasi pada boiler. TErjadi peningkatan penggunaan batubara untuk industry tekstil pada tahun 2003 yaitu dari 18 perusahaan menjadi 224 perusahaan pada tahun 2006.
Batubara dalam industry kertas digunakan sebadai bahan bakar untuk memanaskan boiler. Perkembangan penggunaan batubara sangat signifikan pada tahun 1998-2005.
Selain industri semen, tekstil dan kertas, industri metalurgi pun juga menggunakan batubara. Penggunaan batubara di industri metalurgi sangat fluktuasi, namun telah terlihat trend yang mulai stabil. Tahun 1998 tercatat 144,907 ribu ton, meningkat hingga mencapai 236,802 ribu ton pada tahun 2002, namun kemudian menurun hingga 112,827 ribu ton tahun 2005. Di samping industri metalurgi, masih banyak industri lainnya yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar dalam mendukung proses produksinya, antara lain industri  makanan, kimia, pengecoran logam, karet ban, dan lainnya.
5.    Energi Fosil dunia
Energi fosil atau bahan bakar fosil merupakan bahan bakar yang tidak bisa diperbaharui karena proses pembentukannya yang memerlukan waktu yang sangat lama. Energi fosil yang termasuk adalah batubara, minyak dan gas.
Asal usul Minyak Bumi
Minyak bumi merupakan jenis bahan bakar yang paling banyak digunakan sampai saat ini untuk keperluan transportasi, industri dan rumah tangga. Minyak bumi berasal dari binatang-binatang laut baik ukuran kecil dan besar yang telah mati dan tenggelam di dasar laut. Dalam kurun waktu yang sangat lama jasad dari binatang laut itu mengalami pengendapan sehingga terpendam ke dalam tanah. Proses pengendapan yang sampai ratusan juta tahun lamanya mengalami proses perubahan fisika dan kimia.
Ada beberapa teori yang menyatakan proses pembentukkan minyak bumi, diantaranya adalah teori biogenesis dan abiogenesis
Teori Biogenesis
Macqiur (Perancis, 1758) merupakan orang yang pertama kali mengemukakan pendapat bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kemudian M.W. Lamanosow (Rusia, 1763) juga mengemukakan hal yang sama. Pendapat di atas juga didukung oleh sarjana lainnya seperti, New Beery (1859), Engler (1909), Bruk (1936), Bearl (1938) dan Hofer. Mereka menyatakan bahwa: Minyak dan gas bumi berasal dari organisme laut yang telah mati berjuta-juta tahun yang lalu dan membentuk sebuah lapisan dalam perut bumi.
Teori Abiogenesis
Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi terdapat logam alkali, yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan bersentuhan dengan CO2 membentuk -asitilena. Kemudian Mandeleyev (1877) mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk akibat adanya pengaruh kerja uap pada karbida-karbida logam dalam bumi. Yang lebih ekstrim lagi adalah pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan bahwa minyak bumi mulai terbentuk sejak zaman prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan bersamaan dengan proses terbentuknya bumi. Pernyataan tersebut berdasarkan fakta ditemukannya material hidrokarbon dalam beberapa batuan meteor dan di atmosfir beberapa planet lain.
Komposisi Minyak Bumi
Ketika proses pengeboran dilakukan untuk mendapatkan minyak bumi, biasanya minyak mentah yang keluar disertai dengan gas. Komposisi minyak bumi minyak mentah (petroleum) adalah campuran kompleks, terutama terdiri dari hidrokarbon bersama-sama dengan sejumlah kecil komponen yang mengandung sulfur, oksigen, dan nitrogen, serta sangat sedikit komponen yang mengandung logam.
Persentase hidrokarbon ringan di dalam minyak mentah sangat bervariasi tergantung dari ladang minyak, kandungan maksimalnya bisa sampai 97% dari berat kotor dan paling minimal adalah 50%.
Jenis hidrokarbon yang terdapat pada minyak Bumi sebagian besar terdiri dari alkana, sikloalkana, dan berbagai macam jenis hidrokarbon aromatik, ditambah dengan sebagian kecil elemen-elemen lainnya seperti nitrogen, oksigen dan sulfur, ditambah beberapa jenis logam seperti besi, nikel, tembaga, dan vanadium.
Minyak bumi yang telah dikumpulkan nantinya akan mengalami proses destilasi bertingkat untuk mendapatkan berbagai macam jenis bahan bakar diantaranya minyak tanah, bensin, avtur, paraffin, ter, dan gas.
Gas
Gas alam merupakan bahan bakar fosil yang berbentuk fase gas. Gas alam merupakan campuran hidrokarbon yang mempunyai daya kembang besar, daya tekan tinggi, dan  berat jenis spesifik dan secara alamiah terdapat dalam bentuk gas.
Komposisi utama gas alam adalah metana (80%), sisanya adalah etana (7%), propana (6%), dan butana (4%), isobotana, dan sisanya pentana.  Selain komposis-komposisi tersebut, gas alam dapat juga mengandung helium, nitrogen, karbon dioksida, dan karbon-karbon lainnya. Gas alam tidak berbau, namun untuk mengetahui adanya kebocoran ditambahkan zat yang berbau tidak sedap sehingga kebocoran dalam langsung terdeteksi. Untuk memudahkan pengangkutan (transportasi), gas alam dicairkan sehingga disebut gas alam cair atau LNG (Liquified Natural Gas).
Gas alam memiliki manfaat yang paling utama adalah sebagai sumber energi, yaitu sebagai bahan bakar untuk rumah tangga (LPG) dan industri. Selain itu, gas alam juga digunakan sebagai bahan baku industri dan produksi gas hidrogen.
 6.    Persebaran Energi Fosil di Berbagai Negara
Energi fossil tersebar di berbagai belahan dunia. Banyak tidaknya cadangan energi fosil bergantung terhadap kondisi geografis Negara tersebut. Negara yang memiliki cadangan batubara terbesar berada di Amerika Serikat. Negara yang memiliki cadangan minyak bumi terbesar berada di Negara Arab Saudi dan untuk gas alam cadangan berada paling banyak di Negara Rusia. Indonesia pun juga mempunyai andil dalam expor batubara di dunia.
 7.    Jumlah Energi Fosil Indonesia dan Perbandingannya dengan Energi Fosil Dunia
Dibawah ini akan dibandinkan jumlah cadangan energi fosil di Indonesia dengan cadangan energi di dunia.
Cadangan batubara di Indonesia sebanyak 28017 juta ton dari total 891530 juta ton yaitu persentasenya sebesar 3.14 %

Cadangan minyak di Indonesia sebanyak 3900 juta barrel dari total 1339617 juta barrel yaitu persentasenya sebesar 0.29 %

Cadangan gas di Indonesia sebanyak 3992.6 bcm dari total 209741,9 bcm yaitu persentasenya sebesar 1.9 %

Berdasarkan data diatas maka akan kita bandingkan  jumlah penduduk Indonesia dengan jumlah penduduk dunia. Jumlah penduduk Indonesia menurut BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2011 sebanyak 237.641.326 jiwa dan dunia 7.046.368.812 sehingga persentasenya 3.37% 

Data diatas merupakan data pada tahun 2011, dan dari perbandingan persentase tersebut maka sebaiknya Indonesia tidak mengekspor energi fosilnya karena berada di bawah 3.37% dari persentase penduduk Indonesia terhadap penduduk dunia. Ketika hal tersebut tidak dipenuhi maka anak dan cucu kita tidak akan merasakan energi fosil yang ada di Indonesia.


Referensi
·         World Energy Resources 2013- World Energy Council
·         Sumber Daya Batubara – World Coal Institute

Share this post

0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

My Blog List

 
Posts RSS Comments RSS Back to top
© 2014 Andika Bakti Wijaya @FTUI ∙ Designed by Andika Bakti Wijaya
Released under Andire Publish